Blog

Prof Ahmad

Prof Dr Ahmad Sulaeman: Bangun Nasionalisme Mulai dari Mulut

Berita

Prof Dr Ahmad Sulaeman: Bangun Nasionalisme Mulai dari Mulut

Guru Besar Bidang Keamanan Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB)  Prof.Dr Ahmad Sulaeman mengatakan, residu pestisida dan obat-obatan dalam pangan menunjukkan rendahnya tingkat keamanan pangan. Pestisida merupakan senyawa kimia yang dapat mengganggu sistem endokrin. Akibat lainnya adalah terjadinya hypothyroidism, anak-anak stunting (pendek), gangguan intelektualitas, menurunnya stamina dan tingkat perhatian, menurunnya daya ingat dan koordinasi tangan-mata yang terganggu. Selain itu juga terjadinya antiandrogenik atau hilang sifat-sifat maskulin pada anak laki-laki, reduksi jumlah sperma, menurunkan kesuburan bahkan keracunan langsung. Sedangkan residu obat-obatan seperti hormon tumbuh akan mempercepat kematangan seksual anak-anak.
Prof. Ahmad menyampaikan hal itu dalam konferensi pers pra orasi di Executive Lounge Kampus IPB Baranangsiang Bogor, Kamis (26/3). Sabtu (28/3) esok, Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB ini akan berorasi dengan judul “Keamanan Pangan, Gizi dan Kualitas SDM di Era Globalisasi”, di Auditorium Andi Hakim Nasoetion Kampus IPB Dramaga Bogor.
Menurutnya, dengan adanya dua perjanjian World Trade Organization (WTO) yaitu Sanitary and Phytosanitary Agreement dan Technical Barrier to Trade Agreement, membuat Indonesia sebagai salah satu negara anggota WTO tidak bisa menolak masuknya produk pangan dari negara lain. Kecuali produk tersebut tidak memenuhi dua perjanjian tersebut.
“Dampaknya adalah begitu banyak produk dari luar negeri masuk ke Indonesia yang belum memiliki sistem yang dapat diterapkan untuk mengawasi masuknya produk-produk pangan, khususnya produk segar dari negara lain. Akibatnya negara kita benar-benar kebanjiran aneka buah dan sayuran yang tidak terjamin keamanannya,” ujar Wakil Dekan Fema IPB ini.
Dikatakan, salah satu negara yang melindungi rakyatnya dari paparan pestisida dan hormon pertumbuhan adalah Rusia. Tahun 2014, Rusia menolak impor daging sapi dari Australia karena disinyalir mengandung hormon Trenbolon Acetate (hormon pertumbuhan untuk unggas dan hewan pedaging). Hormon ini seperti steroid, yang apabila dikonsumsi manusia akan memberikan dampak negatif seperti meningkatkan sifat-sifat maskulin pada perempuan, kanker serta gangguan reproduksi. “Bahkan 6-8 persen penduduk Amerika menjadi gay dan lesbi karena paparan residu pestisida tersebut,” ujarnya.
Lalu bagaimana upaya untuk menjamin keamanan pangan? Sesuai dengan rekomendasi Food and Agriculture Organization (FAO), World Health Organization (WHO) dan sesuai dengan perjanjian WTO mengenai Technical Barriers to Trade Agreement (TBT) dan Agreement on the Application of Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS), di setiap negara dituntut adanya satu sistem jaminan mutu dan keamanan pangan. Undang-undang Republik Indonesia No 18 Tahun 2012 Tentang Pangan mengamanatkan adanya upaya untuk melakukan pengawasan masuk dan keluarnya produk pangan ke dan dari Indonesia.
Namun berdasarkan hasil kajian Prof Ahmad, masalah keamanan pangan produk pertanian segar belum menjadi perhatian hampir seluruh pelaku yang terkait. Jadi bagaimana agar terhindar dari produk pangan yang tidak aman? Berikut saran dari Prof Ahmad: kembali ke pangan lokal, menanam sendiri di lahan pekarangan dengan mengikuti cara-cara produksi pangan segar yang baik, memperoleh atau membeli dari tetangga yang mengembangkan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), membeli dari sumber atau pemasok yang benar-benar dapat dipercaya, dan membeli produk bersertifikat keamanan .
“Kembali ke pangan lokal merupakan pilihan yang tepat. Selain itu mulut kita harus berdaulat penuh, tidak dijajah oleh produk pangan yang berasal dari luar. Inilah salah satu upaya membangun nasionalisme kita melalui mulut kita,” tandasnya.(zul)

Leave your thought here

Your email address will not be published. Required fields are marked *