Guru Besar IPB: Gizi Kurang Berakibat Buruk Hingga Tiga Generasi
Guru Besar IPB: Gizi Kurang Berakibat Buruk Hingga Tiga Generasi
Guru Besar Tetap Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (Fema IPB) Prof.Dr. Siti Madanijah, menyampaikan orasi ilmiah di Kampus IPB Darmaga Sabtu (24/10), dengan judul orasi “Pendidikan Gizi: Sains dan Aplikasinya dalam Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan Menuju Generasi Emas”. Menurutnya, masalah gizi pada masa janin dan anak pada jangka pendek berakibat pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak termasuk tumbuh kembang otak dan berbagai organ, gangguan pemrogaman metabolisme serta kerja sel dan organ dalam tubuh. Jangka panjangnya adalah penurunan kemampuan kognitif dan prestasi belajar, gangguan kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, serta berisiko tinggi terkena penyakit tidak menular seperti stroke, jantung koroner, dan diabetes serta disabilitas pada usia tua. Dengan demikian, berakibat pada rendahnya tingkat kualitas sumberdaya manusia (SDM) dan produktivitasnya.
“Hambatan peningkatan gizi adalah karena pengetahuan yang tidak memadai dan praktik yang tidak tepat. Sebagian besar orang tidak menyadari pentingnya gizi selama kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan. Misal janin jangan besar di dalam kandungan nanti susah lahirnya, nanti saja besarin saat sudah lahir. Pendapat ini salah,” ujarnya.
Beberapa permasalahan selama periode seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) diidentifikasi meliputi pernikahan di usia muda, masih tingginya prevalensi anemia remaja putri dan ibu hamil, kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil, angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), berat bayi lahir rendah dan panjang badan lahir yang pendek, serta masih tingginya prevalensi stunting (pendek) pada bayi dan anak balita.
“Berbagai masalah ini akan menurunkan kualitas suatu generasi bahkan berlanjut pada generasi berikutnya bila tidak segera diatasi. Bahkan bisa sampai tiga generasi,” imbuhnya.
Prof Madanijah bertutur, pendidikan gizi masyarakat atau dalam bahasa operasionalnya disebut Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) gizi, bertujuan untuk menciptakan pemahaman yang sama tentang pengertian gizi, masalah gizi, faktor penyebab masalah gizi, dan praktik konsumsi pangan yang baik dan benar untuk perbaikan gizi.
Scaling Up Nutrition (SUN) Movement merupakan suatu kegiatan yang dibentuk untuk perluasan dan percepatan perbaikan gizi di dunia dengan fokus pada 1000 HPK sejak dalam kandungan hingga dua tahun. Di Indonesia, gerakan ini dikenal sebagai Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK). Gerakan ini didukung Peraturan Presiden No. 42/2013 mengenai Gerakan Percepatan Perbaikan Gizi. Programnya meliputi program spesifik dan program sensitif.
Program spesifik dilakukan langsung terhadap kelompok sasaran 1000 HPK oleh sektor kesehatan yaitu ibu hamil, ibu menyusui, bayi 0-6 bulan, serta bayi dan anak usia 7-23 bulan. Sementara program sensitif merupakan kegiatan tidak langsung yang dilakukan oleh selain sektor kesehatan dengan sasaran masyarakat umum. Misalnya penyediaan air bersih, sarana sanitasi, berbagai penanggulangan kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi, fortifikasi pangan, KomunikasiKIE gizi, pendidikan dan KIE kesehatan, serta kesetaraan gender.
“Sangatlah penting untuk menerapkan strategi yang efektif untuk menjangkau mereka di seluruh negeri dengan intervensi gizi. Salah satunya perlu dilakukan dalam bentuk empowering community agar dapat bersifat sustain,” tandasnya.(zul)
Sumber : news.ipb.ac.id